Kamis, 20 Mei 2010

Pelajaran 21 Yesus Mewartakan Cinta Tanpa Pengkotakan


Tujuan Pelajaran
Pada akhir pelajaran siswa dapat
  1. Menceritakan kembali kisah tentang rorang yang mencintai tanpa pandang bulu
  2. Mengungkapkan pendapatnya tentang perwujudan cinta tanpa pengkotakan
  3. Menjelaskan ajaran Yesus tentang cinta tanpa pengkotakan sebagaimana tersirat dalam kutipan teks Kitab Suci (Luk 10: 25-37)
  4. Menyebutkan contoh perwujudan ajaran Yesus tentang cinta tanpa pengkotakan dalam hidup sehari-hari
Ringkasan Materi
Semua orang berkeinginan dapat mencintai sesama tanpa pandang bulu dan dengan setulus-tulusnya tanpa pamrih. Tetapi kebanyakan orang mencintai sesama berdasarkan alasan atau motivasi tertentu. Umumnya seseorang mencintai karena orang tersebut telah "menguntungkan" hidup mereka, telah "memberi sesuatu"kepada mereka. Dengan demikian tindakan cinta mulai terkotak-kotak. Orang mencintai sesama yang sama agama, satu suku, satu pandangan, satu tujuan dll. Cinta macam ini menjadi akar dari masalah ketidak harmonisan dalam relasi antar sesama.

Yesus semasa hidupnya hidup dalam suasana masyarakat Yahudi, di mana cinta yang terkotak-kotak masih dipraktekan. Cinta diukur berdasarkan hal-hal yang sifatnya dangkal misalnya segolongan, sedarah, sepaham, status sosial, tidak mengkritik pandangannya dll. Maka, orang yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut otomatis akan disingkirkan dan dikucilkan serta dinajiskan. Cinta yang terkotak-kotsk terlihat dalam kasus-kasus yang diceritakan oleh Injil misalnya Kisah Zakeus, Kisah perempuan yang kedapatan berzinah, orang berdosa dll.


Yesus tidak mengenal cinta yang terkotak-kotak seperti di atas. Yesus amat mencintai mereka. Yesus makan bersama dengan orang-orang yang dianggap pendosa, orang-orang yang tersingkir. Sikap Yesus yang demikian membuat orang-orang bertobat dan tidak berbuat dosa lagi, misalnya kisah Zakeus, Perempuan yang tertangkap sedang berzinah. Yesus menyembuhkan orang sakit bukan mengutuknya, Yesus mengampuni kesalahan bukan menghukumnya. Yesus menyelamatkan semua orang dengan tanpa pandang bulu. Yesus melihat bahwa pada hakikatnya cinta itu sendiri selalu terarah pada orang lain. Jika kita mencintai orang lain, maka kita sesungguhnya berusaha bagaimana agar orang yang yang dicintai itu bahagia. Cinta itulah yang disebut cinta sejati. Cinta sejati mengandaikan seseorang untuk rela berkorban demi orang yang dicintainya. Hal ini diperlihatkan oleh Yesus sendiri dengan kerelaanNya berkorban demi cintaNya pada manusia.

Cinta sejati bukanlah monopoli agama tertentu atau bangsa tertentu. Cinta sejati dapat dimiliki oleh semua orang. al ini dapat dikembangkan bila orang sadar bahwa dirinya telah dicintai Allah dan Allah mencintai tanpa pandang bulu. Maka sebagai anak Allah, semua orang dipanggil menjadi duta Allah menebarkan cinta sejati bagi semua orang.

KUTIPAN


Orang Samaria Yang Baik Hati
(Luk 10: 25-37)
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli taurat untuk mencobai Yesus, katanya: Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?" Apa yang kau baca di sana?" Jawab orang itu "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Kata Yesus kepadanya: "jawabanmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup. Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang it, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh rasa belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiramnya dengan minyak dan anggur. Kemudia ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangan sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan katanya: Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini, akuakan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan padanya. "Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

Senin, 29 Maret 2010

Pelajaran 20 Yesus sang Pendoa

Pada akhir Pelajaran siswa dapat:
  1. menceritakan pengalaman tentang kehidupan doa sehari-hari
  2. m,enjelaskan makna doa bagi kehidupan sehari-hari
  3. menjelaskan bahwa Yesus adalah pribadi pendoa dan sekaligus mengajar pada pengikutNya untuk berdoa seperti yang terungkap dalam Kitab Suci (Luk 11: 1-13)
  4. menyebutkan hal-hal yang dapat diteladan dari kehidupan doa Yesus
Ringkasan Materi
Doa adalah sarana komunikasi antara manusia dengan Allah. Sebagai sarana komunikasi, sebuah doa yang baik seharusnya melibatkan peran kebua belah pihak, baik manusia maupun Allahsendiri. Dalam praktek sehari-hari doa dimengerti sebagai sarana untuk meminta sesuatu.Dalam doa-doa permohonan yang diajukan, orang cenderung berharap Allah akan mendengarkan seluruh harapan manusia dan memahami seluruh persoalan yang dihadapi manusia. Padahal doa yang benar adalah doa ang juga harus membiarkan Allah berbicara pada manusia.

Ungkapan doa juga dapat bermacam-macam, misalnya dalam bentuk ungkapan syukur, mencari kekuatan atau peneguhan keluhan, dan sebagainya. Dalam doa manusia dapat berbicara pada ALlah sebagai sahabat tanpa melupakan bahwa Allah arus dibiarkan untuk berbicara pada manusia. Doa seharusnya juga tidak hanya terarah bagi diri kita pribadi, melainkan juga terarah pada sesama manusia. Dengan kata lain relasi yang kita bangun dengan Allah seharusnya juga mendorong kita semakin membangun relasi yang baik dengan sesama. Melalui doa manusia menghayati kehadiran ALlah yang setia mendampinginya dan hadir untuk membebaskannya.

Yesus adalah pribadi pendoa, seluruh hidup dan karyaNya dihayati dalam kesatuan dengan BapaNYa. Dengan kata lain, sebagai seorang pendoa, Yesus melihat hidupNya sendiri adalah suatu doa yang dipersembahkan kepada BapaNya. Dalam doaNya Yesus selalu menyerahkan seluruh suka dukaNYa pada bapaNya. Bagi Yesus bukalah kehendakNya yang terjadi namun kehendak BapaNyalah yang terjadi. Yesus mengajak kita untuk menyapa Allah dengan Bapa. Sapaan ini mengandung makna yang sangat dalam. Yesus mengajak kita untuk memasuki relasi yang begitu dekat seperti anak dan bapa. Bapa memberikan seluruh hal yang dibutuhkan oleh anakNya, dan kitalah anak-anak Allah. Dalam doa tersebut Yesus mengajarkan suatu doa yang penuh sikap penyerahan diri, cinta kasih, keadilan, dan juga pengampunan.



KUTIPAN
Hal Berdoa
Luk 11:1-13
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari antara murid-muridNya kepadaNya: "Tuhan ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes pada murid-muridNYa". Jawab Yesus kepada mereka "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah kerajaanMu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan" Lalu kataNya kepada mereka: "Jika seseorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang ada di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikannya kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapatkan dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakakn. Bapa manakah di antara kamu , jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikannya ular kepada anaknya sebagai ganti ikan? Atau jika ia minta terlur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang minta kepadaNya".

Selasa, 23 Maret 2010

Pelajaran 19 Yesus Peduli Terhadap Penderitaan Sesama

Tujuan Pelajaran:
Pada ahir pelajaran siswa dapat
  1. Menceritakan kisah orang yang peduli terhadap orang lain
  2. Menceritakan pengalaman sendiri yang menunjukkan sikap peduli pada penderitaan orang lain
  3. Menjelaskan kepedulian Yesus terhadap penderitaan sesama seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci (Luk 6: 6-11)
Ringkasan Materi
Peradaban yang modern diwarnai dengan semakin bertumbuhnya egoisme dan individualisme. Makin banyak orang kurang atau malah tidak peduli lagi terhadap sesamanya. Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan kurang memikirkan orang lain. Segala sesuatu dilakukan dengan ukuran menguntungkan diri sendiri bukan menguntungan orang lain. Situasi ini membuat orang yang sudah jatuh miskin menjadi semakin miskin.
Hal-hal itu juga menimpa keluarga-keluarga di jaman modern ini. Ketidak pedulian antar anggota keluarga menjadi penyebab utama banyaknya keluarga yang berantakan.

Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan, baik dalam skala yang kecil ataupun skala besar sekalipun. Penderitaan itu misalnya sakit, tidak punya teman, ditinggalkan orang yang dikasihi, patah semangat dan masih banyak lagi. Penyebab dari penderitaan itu bisa datang dari diri sendiri ataupun dari orang lain. Salah satu penyebab dari penderitaan itu adalah sikap egoisme yang menimbulkan ketidak pedulian terhadap keadaan sekitar. Sikap itu membuat orang lain merasa tidak disapa dan akhirnya merasakan penderitaan dalam hidupnya.

Banyak keprihatinan dalam masyarakat disebabkan ileh sikap tidak peduli warga masyarakat terhadap sesama dan lingkungan. Misalnya membuang sampah di sembarang tempat. Jarang ada orang yang mau menegur sesamanya bila hal itu terjadi. Demikian pula banyak orang bersikap kurang peduli terhadap sesama yang kekurangan misalnya pengemis, gembel dan orang yang melarat.

Kisah Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari sabat (Luk 6: 6-11) menunjukkan sikap kepedulian Yesus pada sesamaNya, terutama yang menderita. Dalam keseluruhan hidup Yesus orang-orang yang menderita mendapat tempat istimewa dalam hatiNya, bahkan menjadi perhatian dalam setiap karya-karyaNya. yesus tak pernah membiarkan seorangpun hidup menderita. Ia akan cepat tersentuh dan pilu hati melihat orang yang datng meminta bantuan, tanpa diminta pun Yesus akan memberi pertolongan.

Kepekaan dan kepedulian Yesus terhadap penderitaan sesama sedemikian besar karena Ia selalu memandang dan mengasihi mereka sebagai Anak-anak Allah yang bermartabat luhur. Maka demi menolong dan mengembalikan martabat tersebut, Yesus berani meruntuhkan aturan atau hukum yang mengekang kemanusiaan dan ke Illahian. Tindakan Yesus inilah yang ingin dikembangkan dalam hidup bersama.

Peduli terhadap sesama dapat dimulai dari diri kita sendiri. Peduli terhadap sesama membutuhkan kesediaan dan keikhlasan dalam memberikan diri untuk orang lain.
Peduli terhadap penderitaan sesama dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana. Mulailah untuk memperhatikan sekelilingmu dan rasakanlah apa yang dirasakan oleh sesamamu dan mulailah dengan memnyapa dan memberi perhatian dengan apa saja yang kamu punya.

KUTIPAN
Yesus menyembuhkan Orang Pada Hari Sabat
(Mat 12:9-15; Mrk 3:1-6, Luk 6: 11)

Pada hsuatu hari sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seseorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus kalau-kalu Ia menyembuhkan orang pada hari sabat, supaya mereka mendapat alasan untuk mempersalahkan Dia.
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lali Ia berkata pada orang yang mati tangannya: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau mebinasakannya?"
Sesudah itu, Yesus memandang berkeliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, lalu mereka berunding tentang apa yang akan mereka lakukan teradap Yesus



Refleksi
  1. "Kita harus berani melanggar atau melawan aturan demi melakukan kepedulian terhadap sesama." Bagaimana pendapatmu terhadap pernyataan tersebut?
  2. Kegiatan apa saja yang pernah diadakan sekolahmu sebagai perwujudan sikap peduli siswa siswi di sekolah terhadap sesama yang menderita? Bila pernah ada bagaimana pendapatmu terhadap kegiatan tersebut? Hal-hal apa yang harus ditingkatkan? Bila belum kegiatan apa yang akan kamu lakukan?
  3. Sebelum bel istirahat berbunyi, kamu melihat sampah berserakan di halaman sekolah sehingga terkesan sekolahmu adalah sekolah yang jorok. Apa yang kamu lakukan melihat hal tersebut? Sikap yang bagaimanasaja yang akan muncul dari teman-temanmu terhadap tindakanmu?

Senin, 22 Maret 2010

Peajaran 18 Yesus Rela Berkorban

Tujuan Pelajaran
Pada akhir pelajaran siswa dapat
  1. Menceritakan pengalaman pengalaman tentang orang yang rela berkorban demi kepentingan sesama
  2. Menceritakan pengalaman sendiri tentang sikap/ tindakan rela berkorban
  3. Menjelaskan tentang perlunya keberanian berkorban seperti yang dilukiskan dalam Kitab Suci (Yoh 10:11-15)
  4. Menuliskan tanggapan terhadap tindakan Yesus yang rela berkorban bagi manusia
Ringkasan Materi
Kehidupan manusia di jaman ini terus berkembang dan maju pesat mengikuti kemajuan zaman. Perkembangan di bidang IPTEK membuat manusia bergerak cepat sehingga prinsip "Lambat asal selamat" sudah tak lagi mewarnai pikiran orang-orang di jaman ini. Pemikiran yang muncul sekarang ini adalah "Siapa cepat ia dapat". Akhirnya muncul suatu persaingan yang terjadi terus menerus dalam masyarakat. Persaingan dalam kehidupan bersama itu mengakibatkan yang kuat makin kuat sedangkan yang lemah juga makin lemah. Semua ini kenyataan ini menunjukkan bahwa sikap kesediaan manusia untuk berkorban bagi sesamanya semakin berkurang dan sulit dijumpai.

Berkorban selalu berkaitan dengan orang lain. Dengan berkorban seseorang memberikan dirinya untuk orang lain secara total dan tanpa mengharapkan orang akan membalas hal yang sama padanya. Berkorban tidak bisa hanya dikatakan saja, namun haruslah diwujudkan dalam tindakan yang konkret dalam hidup sehari-hari. Sebagai pelajar apa saja yang bisa kita lakukan untuk orang lain? Wujud pengorbanan macam apa saja baisa dilakukan?
Berkorban dimulai dari hal-hal yang sederhana. Hal-hal kecil yang bisa kitalakukan dalam hidup kita sehari-hari sebagai anggota keluarga, sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan juga dalam persahabatan.

Dalam Kisah Kitab Suci (Yoh 10: 11-15), Yesus justru tampil dengan sikapNya yang berbeda dengan sikap kebanyakan orang yang ada di masyarakat. Yesus menyebut diriNya sebagai gembala yang baik yang rela memberikan nyawa bagi domba-dombaNya. Tindakan Yesus ini merupakan wujud dari cintaNya yang besar kepada manusia. Bagi Yesus yang terpenting adalah keselamatan seluruh umat manusia dan bukan keselamatan diriNya sendiri. Hal ini diwujudkan Nya dengan pengorbananNya sendiri di kayu salib.

KUTIPAN
Gembala yang Baik
(Yoh 10: 11-15)
Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meningglkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigalaitu menerkam dan mencerai beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu



Refleksi

  1. Benarkah orang tuamu rela berkorban bagi dirimu? ceritakanlah!
  2. Jelaskan hambatan-hambatan seseorang yang tidak atau kurang rela berkorban bagi orang lain!


Jumat, 19 Maret 2010

Pelajaran 17 Yesus Mengampuni

Tujuan Pelajaran
Pada akhir pelajaran, siswa dapat:
  1. Menceritakan pengalaman diri sendiri atau orang lain yang memberi atau menerima pengampunan
  2. menyebutkan faktor penghambat yang membuat orang sulit mengampuni
  3. menyebutkan keuntungan bila mampu mengampuni dan mendapat pengampunan
  4. menjelaskan pengampunan yang dilakukan oleh Yeus seperti yang dikisahkan dalam Kitab Suci (Yoh 8:2-11)
Ringkasan Materi
Semua orang pasti pernah berbuat salah dengan orang lain. Tetapi tidak semua orang bila bersalah cepat-cepat minta maaf atau meminta ampun. Demikian juga, tidak semua orang ketika orang lain yang bersalah datang untuk meminta maaf dengan mudah mengampuninya; apalagi bila kesalahan yang dilakukan orang lain tersebut dirasa sangat menyakitkan.
Banyak faktor yang menghambat orang untuk meminta maaf atau memaafkan antar lain keinginan untuk mempertahankan harga dirinya atau wibawa di hadapan rang yang bersalah. Ketidakmampuan mengampuni dapat menumbuhkan rasa demndam yang sesungguhnya dapat merugikan diri sendiri. Ketidak sediaan mengampuni hanya menyebabkan orang yang bersalah menanggung rasa bersalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan permusuhan dan kebencian. Maka, pengampunan sesungguhnya dapat menguntungkan, baik bagi orang yang bersalah maupun bagi orang yang telah dirugikan.

yesus digambarkan sebagai ribadi yang selalu hadir dengan kasihNya yang tidak terbatas kepada siapapun, termasuk kepada kaum pendosa. Kepada setiap pendosa yang bertobat, Yesus membukakan "pintu maaf" dan pengampunan. Yesus bahkan mengajak murid-muridNya untuk selalu mengampuni tanpa batas. Tentang pengampunan, Yesus berkata pada para muridNya: "Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." Dalam Kitab Suci (Yoh 8:2-11), Yeus menegaskan tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan dan terhadap kesalahan itu Allah senantiasa mengampuni. Oleh karena itu, jangan sampai melakukan penghakiman kepada sesama yang berdosa tanpa mawas diri terlebih dahulu, seolah-olah dirinya yang paling suci, paling baik dansebagainya. Allah senantiasa mengampuni dan memberi kesempatan pada manusia untuk bertobat. Demikian pula kepada perempuan yang berdosa, Yesus tidak bersikap mengadili tapi memberi kesempatan kepada perempuan tersebut untuk bertobat dan tidak berbuat dosa lagi. Hal tersebut tampaknya melawan aturan tetapi sesungguhnya hendak mengkritik aturan itu sendiri, yang seringkali tidak adil dan tidak memberi kesempatan manusia untuk bertobat.

KUTIPAN
Perempuan yang Berzinah
(Yoh 8:2-11)

Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepadaNya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi membawa kepadaNya seorang perempuan yang kedapatan berzinah. mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi perempuan ini tertangkap basah ketika Ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari erempuan-peremuan yang demikian. ApakahpendapatMu mengenai hal itu?" Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkanNya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jariNya di tanah. Dan ketika mereka terus menerus bertanya kepadaNya, IA pun bangkit lalu berdiri, katanya:" Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah Ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. LAlu Yesus bangkit dan berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum Engkau?" Jawabnya: "Tidak ada Tuhan" Lalu kata Yesus: "Akupun tak akan menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi muali dari sekarang."

Refleksi
  1. Bila ada teman yang menyakitimu, maukah kamu mengampuni temanmu itu? Apa yang menjadi motivasimu?
  2. Bacalah teks Kitab Suci (Rm 5:18-21)! Uraikan pemahamnmu tentang teks tersebut berkatan dengan topik pengampunan yang kita pelajari!
  3. Penjahat atau orang yang berdosa sebaiknya tidak dihukum, melainkan diberi kesempatan untuk bertobat." Bagaimana pendapatmu tentang pertanyaan tersebut?


Pelajaran 16 Yesus Berbelas Kasih

Tujuan Pelajaran
Pada akhir pelajaran siswa dapat:
  1. Menyebutkan pengalaman memperoleh belas kasih dari orang lain
  2. menyebutkan orang-orang yang berbelas kasih dan alasannya
  3. menjelaskan makna belas kasih
  4. menjelaskan nilai belas kasih dalam tindakan Yesus seperti yang dikisahkan dalam teks kitab Suci (Luk 7: 11-17)
  5. menyebutkan beberapa tindakan belas kasih Yesus yang dapat diteladan dalam hidup sehari-hari
Ringkasan Materi
Pada masa sekarang makin banyak kita jumpai orang yang hidup dalam kemiskinan, kesulitan dan penderitaan. Dalam situasi seperti itu pasti mereka mendambakan uluran kasih dari sesamanya. Kasih yang diperoleh seseorang dari sesama dapat membuat rang merasa didukung dan diperhatikan. Sebaliknya orang yang tidak meresakan kasih sesamanya akan merasa sendirian, tidak berdaya dan putus asa.

Belas kasih bukan terutama menyangkut besar kecilnya antua yang dapat diberikan. Bantuan yang besar tentunya baik, tapi yang terpenting adalah dalam sikap belas kasih dan sikap belarasa merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaannya.

Bagi orang-orang Yahudi pada jaman Yesus kemalangan, penderitaan bahkan kematian (apalagi di usia muda) dipandang sebagai hukuman dari Allah akibat dosa. Yesus hidup dalam situasi masyarakat yang miskin dan menderita, tersingkirkan dan diperlukan tidak adil. Menghadapi kondisi semacam ini Yesus terpanggil untuk berbelarasa. Ia menyapa dan hidup di tengah-tengan mereka. Kehadiran Yesus senungguh menghidupkan kembali orang-orang yang menderita itu. Yesus tidak membantu secara material tapi Ia hadir dan menyapa mereka, berpihak pada mereka. Ia adalah pribadi yang senantiasa melakukan tindakan kasih pada sesamaNya yang menderita.Melalui sikap dan tindakanNya Yesus ingin menyatakan cinta Allah yang tak terkecuali sehingga sungguh menguatkan, dan meneguhkan orang lain. Motivasi belas kasih Yesus bukan demi mencari pengikut yang sebanyak-banyaknya namun demi pembebasan orang-orang yang dikasihiNya.

KUTIPAN
Yesus Membangkitkan Anak Muda di Nain
(Luk7: 11-17)

Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-muridNya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertaiNya berbondong-bondong. setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia erkata kepadaNya: "Jnagan mengangis!" "Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berheni, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadaMu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk lalu berkata-kata, dan Yesus menyerahkan nya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata:"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita" dan "Allah telah melawat umatNya". Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Refleksi
  1. Memberikan uang kepada pengemis di perempatan jalan erupakan tindakan yang salah, karena mendidik mereka menjadi pemalas. Bagaimana pendapatmu akan hal ini?
  2. Dalam rangka memperingati hari jadi sekolah, 50 orang yang mewakili siswa-siswi kelas 1 SMP Santo Matius mengadakan kunjungan ke panti asuhan untuk memberikan bantuan. Mereka mengundang wartawan untuk megabadikan sekolah tersebut dengan harapan sekolah mereka dikenal oleh masyarakat. Bagaimana pendapatmu akan hal tersebut!

Kamis, 18 Maret 2010

Pelajaran 15 Aku dan sesama Dicintai Allah

Tujuan Pelajaran
Pada akhir pelajaran siswa dapat:
  1. menjelaskan tanda atau bukti bahwa Allah mencintai semua orang dengan jalan yang berbeda-beda
  2. menyebutkan konsekuensi sikap manusia atas tindakan ALlah yang mencintai semua manusia
  3. merumuskan kehendak Allah kepada semua orang dalam relasinya dengan sesama berdasarkanteks Kitab Suci (Mat 5:43-48 dan Yoh 15:9-17)
Ringkasan Materi
Sejarah hidup manusia pernah tercoreng oleh adanya sikap dan tindakansekelompok bangsa yang menganggap dirinya lebih unggul dibandingkan dengan bangsa lain. Di Jerman misalnya ras Aria menganggap diri paling hebat dibandingkan dengan ras-ras lainnya. Di Afrika selatan, politik apartheid membuka peluang bagi suku pendatang yang berkuasa untuk menghancurkan suku asli kulit hitam. Bahkan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama sendiri tergambar kesombongan orang-orang Israel yang beragama Yahudi menganggap diri yang paling benar dan paling baik, serta paling berhak atas rahmat penyelamatan Allah dibandingkan dengan bangsa lain.

Iman Kristiani secara tegas menolak praktik-praktik dan tindakan-tindakan seperti di atas. Dalam banyak kesempatan, Yesus selalu menyerukan persatuan umat manusia, sekalipun berbeda-beda. Manusia diharapkan bersatu rukun sau sama lain. Diharapkan mereka saling mengasihi meskipun ada banyak sekali perbedaan. Dan yang lebih radikal lagi Yesus mengajak kita untuk mengasihi orang-orang yang telah memusuhi kita (Mat 5:43)
Hidup bersama akan terjamin apabila manusia saling mangasihi satu sama lain, sebab Allah sendiri telah mengasihi semua orang (Mat 5: 45). Kepada para muridNya Yesus menegaskan bahwa tindakan saling mangasihi suatu perintah bukan sekedar himbauan atau ajakan yang bisa diabaikan. Tindakan tersebut adalah sebuah cap bagi siapa saja yang mau mengikutiNya, dan menjadi ciri bagi orang-orang yang menjadi sahabat dan muridNya (Yoh 15: 9-17). Tindakan mencintai merupakan konsekuensi logis karena kita terlebih dahulu dicintai Allah.

Allah mencintai semua orang dengan cara dan jalan yang berbeda-beda. Ukuran cinta Tuhan dengan manusia berbeda-beda. Umumnya orang mencintai hanya pada orang-orang yang juga mencintainya saja. Namun tidak begitu dengan Tuhan, Tuhan mencintai semua orang yang baik dan yang jahat. Pada orang yang baik Tuhan berharap agar ia tidak sombong dan berharap agar orang tersebut menjadi semakin baik. Tuhan juga mengasihi orang jahat dan memberi kesempatan bagi mereka untuk selalu bertobat dan memperbaiki diri. Dengan demikian bukannya Allah tidak adil sebab sejak semula Tuhan telah mengasihi manusia tanpa pandang bulu pada siapapun.

Yesus mengkritik budaya kasih yang berkembang dalam masyarakatNya, karena kasih dilaksanakan dengan deskriminatif. Kasih hanya diberikan bagi orang yang dipandang baik saja. Yesus selalu memberikan cara pandang yang barutentang makna mengasihi, yakni bahwa kasih selalu terarah pada kebahagiaan seseorang tanpa syarat dan pamrih pada siapa saja termasuk yang memusuhi kita. Selama hidupNya Yesus membuktikan kasihNya kepada semua orang baik yang kaya ataupun miskin, bahkan Yesus rela menjadi sahabat mereka hingga wafatNya di kayu salib.

KUTIPAN
Yesus dan Hukum Taurat
(Mat 5: 43-48)

Kamu telah mendengar firman Tuhan: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya Kamu. Karena dengan demikian kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menrbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik yang menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Perintah Supaya Saling Mengasihi
(Yoh 15: 9-17)

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikian juga aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. Jikalau kamu menuruti perintahKu; kamu akan tinggal di dalam kasihKu seperti Kau menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya. Semua itu kukatakan kepadamu, supaya sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintahKu yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah ,mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawa bagi sahabat-sahabatNya. Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena AKu telah memberikan segala sesuatu yang Kudengar dari BapaKu. Bukan kamu yang memilih Aku tetapi AKulah yang memilih kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapamu dalam namaKu diberikanNya kepadamu. Inilah perintahKu kepadamu Kasihilah seorang akan yang lain."


Refleksi
  1. Bila Allah mengasihi semua orang,mengapa ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang berumur panjang dan pendek, ada yang pandai, ada yang berumur panjang dan ada yang berumur pendek, ada yang pandai dan ada yang bodoh?
  2. Bila Allah mengasihi semua orang, bagaimana seharusnya relasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari?
  3. Seorang remaja terbaring di RUmah Sakit karena kecelakaan




Rabu, 17 Maret 2010

Pelajaran 14 Hidup BersamaOrang Lain

Tujuan Pelajaran
Pada akhir pelajaran siswa dapat:
  1. Menjelaskan makna manusia sebagai makhluk sosial
  2. Menyebutkan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam berelasi dengan orang lain
  3. Menjelaskan azas-azas hidup bersama berdasarkan kutipan kitab suci (Mat 7: 12; 22: 37-39) dan Gaudium et spes (GS) 25
  4. Menyebutkan contoh keterlibatan dirinya dalam hidup bersama
Ringkasan Materi
Ungkapan no man is an Island mengandung makna yang dalam. Ungkapan tersebut mengungkapkan bahwa manusia tidak pernah dapat hidup sendiri. Setiap orang membutuhkan orang lain untuk mengembangkan dirinya demikian juga orang lain membutuhkan kita untuk mengembangkan dirinya. Orang lain yang dimaksud adalah orang tua, sanak saudara, teman, guru, tetangga dsb. Oleh sebab itu manusia disebut makhluk sosial karena manusia memiliki ketergantungan dengan sesamanya.

Dalam hidup bersama diperlukan suatu azas hidup yang harus dijunjung tinggi sehingga relasi satu sama lain dapat berjalan denganbaik dan lancar.

Dalam kitab suci perjanjian baru Yesus memperlihatkan bahwa asaz hidup bersama yang dimaksud bukan sekedar etiketpergaulan. Tetapi asaz hidup bersama itulah yang sesungguhnya harus dilakukan setiap orang dalam hidup bersama. Sikap hidup yang adil,jujur, dan tidak egois atara lain merupakan prasyarat yang harus dijunjung tinggi dalam hidup bersama. Yesus menunjukkan lagi unsur yang jauh lebih penting dan utama dalam asaz hidup bersama yakni relasi antar sesama harus dilandasi sikap kasih. Tindakan kasih adalah pengejawantahan diri Kasih Allah sendiri yang telah lebih dahulu mengasihi manusia, untuk itu kita manusia juga haruslah saling mengasihi satu sama lain. Unsur itulah yang sehrusnya mendorong semua orang untuk memperlakukan orang lain sebagai pribadi yang berharga dan bermartabat, bukan sekedar pelengkap (GS art 29c)

Sikap-sikap yang menjadi faktor yang dapat merusak kehidupan bersama antara lain adalah:
  1. ketidak jujuran
  2. egoisme/ mementingkan diri sendiri
  3. sikap tidak peduli dengan orang lain
  4. sikap acuh dalam hidup bersama
  5. sikap sombong
  6. sikap tidak adil,dsb
KUTIPAN

Jalan Yang Benar
(Mat 7:12)
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang berbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka"

Hukum Yang Terutama
(Mat 22:37-40)
"Kasihilah Tuhan Alahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamudan dengan segenap akalbudimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum taurat dan Kitab Para Nabi"

Gaudium et Spes
Artikel 29c
Dari sifat sosial manusia tampaklah bahwa pertumbuhan pribadi manusia dan perkembangan masyarakat sendiri saling begantung. Sebab asaz subjek, dan tujuan semua lembaga sosial adalah ialah dan memang seharusnyalah pribadi manusia, berdasarkan kodretnya ia sengguh-sungguh memerlukan hidup kemasyarakatan. Maka karena bagi manusia hidup kemasyarakatan itu bukanlah tambahan melulu, oleh karena itu melalui pergaulan dengan sesama dengan saling berjasa,melalui dialog dengan sesama saudara, manusia berkembang dalam segala bakat pembawaannya dan mampu menanggapi panggilannya